Mereka tampak seperti anak anak kebanyakan.
Tak ada perbedaan fisik, cara berbicara ataupun yang lain. Celotehan
tetap seperti anak kecil yang lain. Sesekali main robot robotan, petak
umpet atau riuh ramai membicarakan aplikasi game terbaru atau yang lagi
tren di game console mereka masing masing.
Yang membedakan justru dari cara mereka ‘melihat’ dunia. Anak anak yang
diberi kemampuan ‘lebih’ ini terlahir dengan sensitifitas yang tinggi.
Umumnya mereka dapat melihat mahluk halus, ada yang dapat meramal nasib
atau masa depan dan bahkan ada yang bisa membaca pikiran orang. Mereka
adalah apa yang dideskripsikan sebagai Anak Indigo. Seringnya, bagi
yang awam dengan istilah ini, mereka dianggap memiliki indera ke enam.
Istilah anak Indigo sendiri baru dikenal ramai di seputar tahun 90′an,
walau konsep tersebut sudah dikenalkan di Inggris sendiri pada awal
70′an. Di Indonesia sendiri mereka termasuk kategori anak ‘pintar’.
Pintar dalam definisi sensitivitas mereka terhadap dunia ghaib di luar
sana. Ada yang memang mempunyai bakat tersebut menurun di darah
keluarga, ada juga yang memiliki bakat tersebut secara tersendiri.
Kadang, ada yang terus sampai mereka dewasa. Beberapa hanya punya bakat
tersebut saat mereka masih kanak kanak. Entah kenapa, saat mereka
beranjak dewasa sensitivitas mereka menjadi berkurang.
Anak kecil memang pada umumnya lebih sensitif apabila dibandingkan
dengan orang dewasa. Bayi yang baru lahir seringkali dapat melihat
sesuatu yang secara kasat mata tidak terlihat oleh mata secara awam.
Cukup sulit bagi anak anak kecil ini yang harus belajar hidup dengan
sensitivitas mereka. Tentu saja terutama bagi mereka yang dapat melihat
mahluk halus kan?
Jenis jenis mahluk halus yang selama ini hanya bisa kita lihat, dengar
atau baca ternyata bisa dideskripsikan dengan baik oleh mereka.
Sayangnya, bagi para orang tua yang umumnya menolak konsep sensitivitas
ini, anak anak tersebut sering dianggap mengada ada atau berkhayal saja.
Yang lain, malah memanfaatkan kemampuan si anak untuk tujuan yang
berbeda. Ketertarikan awam terhadap sebuah dunia yang tidak kasat mata ,
aktivitas supernatural , ghaib atau yang lainnya menjadi seperti
disalurkan melalui anak anak ini. Padahal, mereka hanyalah anak anak
kecil biasa.
Ada sebuah cerita dimana penulis bertemu dengan seorang anak Indigo ini.
Di tembok rumahnya, tepat menuju jalan masuk kebelakang rumahnya si
anak suka menggambar sesosok bentuk yang tampak seperti kelinci, walau
dengan tubuh manusia. Ayah si anak memberi nama ’sosok’ ini “Bobo”. Ya,
seperti tokoh dalam majalah anak anak yang terkenal itu. Si anak sendiri
mengaku bahwa dia sering diajak main oleh si Bobo ini.
Digambarkannya, Bobo seperti bentuk anak kecil biasa. Hanya saja
telinganya panjang, dan giginya panjang panjang. Walau sering malas
karena diajak main, si anak terpaksa harus menemani Bobo untuk bermain.
Karena kalau tidak, Bobo akan marah. Konon, saat marah, si Bobo akan
berubah wujudnya menjadi menakutkan. Menakutkan seperti apa? Dan si anak
pun menunjuk sebentuk topeng yang tergantung di sudut rumah mereka.
Sebuah topeng Leak yang kebetulan dibawa si Bapak saat berkunjung ke
Bali !
Tadinya, kami pikir itu hanya imajinasinya saja. Sang Bapak pun segera
menurunkan topeng dan membuangnya,karena dianggap menjadi inspirasi
mimpi buruk si anak. Meski demikian, acara main dengan si “Bobo” pun
masih terulang. Sering tampak si anak berbicara sendiri dengan
celotehannya, seakan akan sedang berbicara dengan seseorang.
Satu waktu, ada seorang rekan yang berkunjung ke rumah mereka. Saat
tiba, sang rekan tersebut tampak kaget. Kemudian dia seperti menghardik
seseorang, padahal tidak ada siapa siapa disana. Alih alih
menjelaskan, dia mengajak kami untuk shalat berjamaah. Setelah selesai
shalat, dilanjutkannya dengan mengaji cukup lama.
Setelah selesai, diapun bercerita kepada kami. Dia, yang ternyata juga
’sensitif’ ini melihat banyak sosok aneh di rumah tersebut. Jin,
ujarnya. Yang cukup mengejutkan, ternyata dia mendeskripsikan satu
’sosok’ jin yang ada disana hampir sama deskripsinya dengan si Bobo
tadi.
Padahal sebelumnya kami pun tidak pernah bercerita ke dia? Menurut dia,
rumah si sahabat ini berada di atas rumah mahluk mahluk yang tak kasat
mata ini. Dan itulah yang menyebabkan salah satu sosok yang memang
cukup usil disana sering mengganggu si anak. Dia khawatir terhadap si
anak, yang seringkali diganggunya ini. Dia berharap supaya sang anak
diberi bekal agama yang cukup dalam supaya kelak kedepannya bisa
‘menerima’ kelebihannya dengan lebih baik.
Di lain kesempatan, suatu ketika si anak pernah bermimpi. Dalam
mimpinya, dia melihat satu sosok orang yang berusaha melarikan diri
melalui pintu samping rumah mereka. Di hari berikutnya, rumah mereka
hampir ternyata hampir saja kemalingan. Dan entah kebetulan atau tidak,
ternyata si maling yang akhirnya tertangkap itu memang berusaha lari
dari pintu samping rumah mereka .
Mungkin saja, semua itu hanya kebetulan. Mungkin juga memang si anak itu
punya bakat. Tak ada yang tau dengan pasti. Yang jelas, pada akhirnya
si anak pun sekarang tumbuh seperti anak yang lainnya.
Yang pasti, adalah perbuatan yang tidak berguna apabila kemudian lebih
mementingkan interaksi dengan sesuatu yang ghaib, tetapi malah melupakan
Sang Pencipta yang Maha Ghaib sendiri. Hukum di dalam agama Islam jelas
mengatakan bahwa hal tersebut adalah syirik dan termasuk dosa besar.
Dan sepertinya, anjuran dari seorang rekan tadi benar adanya, bahwa
dengan memberi bekal agama yang baik terhadap anak berkemampuan khusus
atau anak indigo tadi dapat menjadi tuntunan terbaik dalam menyikapi
anugrah yang diterima oleh si anak sendiri.
Wallahualam bishawab.
Penulis : Baskoro Endrawan
Sumber : http://kesehatan.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar